Si Paitua memilih tinggal di daerah Porsea , kemudian Si Raja Oloan memilih tinggal di Pangururan, Samosir, sementara Si Lahi Sabungan memilih mengembara dan menemukan membuka tempat baru yang kemudian dia sebut sebagai Huta Lahi (Silalahi) di pesisir danau Toba ( danau Silalahi) Pakpak , Dairi.
Si Lahi Sabungan kemudian menikah dengan putri Pakpak (Padangbatangari) dan memiliki keturunan : 7 anak laki-laki dan seorang puteri :
1. Loho Raja
2. Tungkir Raja
3. Deang Namora (puteri)
4. Sondi Raja
5. Butar Raja
6. Dabariba Raja
7. Debang Raja
8. Batu Raja.
Dalam kultur Tapanuli, ketika seseorang membuka satu perkampungan (huta) maka ia akan menobatkan dirinya sebagai raja Sipukka Huta ( artinya : di sebut sebagai raja, sebab ia merupakan orang pertama yang merintis perkampungan tersebut ). Sehingga ia dan keturunannya ( ahli waris ) akan selalu dihormati sepanjang perjalanan masa (sampai saat ini ), bahwa keturunan tersebut akan tetap di sebut sebagai keturunan Sipukka Huta.
Artikulasi raja dalam kultur tapanuli tidak seperti arti harafiahnya (bahasa indonesia umumnya) yang memaknai raja sebagai penguasa yang memiliki kekuasaan, pasukan dan istana kerajaan.
Arti raja dalam bahasa tapanuli adalah sebagai sosok (figur) yang sangat dihormati dan dipandang tinggi dan sangat disegani. Yaitu orang yang memiliki otoritas untuk memberi berkat-berkat (petuah) dan juga bisa mendatangkan kutuk-kutuk bagi orang-orang yang diserapahinya.
Demikian halnya dengan Silahi Sabungan. Ketika ia membuka perkampungan bagi keturunannua di Huta Lahi ( kemudian disebut sebagai Silalahi Nabolak , Pakpak , Dairi ), maka ia dipanggil dengan Raja Silahi Sabungan. Dan keturunnanya disebut keturunan (bah.tapanuli=Pomparan) Raja Silahi Sabungan.
Sejak dahulu kala, keturunan Raja Silahi Sabungan kemudian mendiami perkampungan Huta Lahi. Masing-masing marga keturunannya memiliki satu lahan perkampungan. Penamaan perkampungan itu sesuai dengan penamaan marga keturunannya. Selain itu, dahulu kala seorang kepala atau Raja Sipukka Huta akan mengadakan pesta besar dengan mengundang kerabat-kerabat dan tetangga kampung untuk merayakan sekaligus mendeklarasikan keberadaan mereka di tanah dan perkampungan tersebut. Dengan demikian , pihak-pihak lain tidak dapat seenaknnya untuk menguasai atau mendiami wilayah tersebut.
Sampai saat ini, keturunan Raja Silahisabungan masih dapat menikmati peninggalan nenek moyang Raja Silahi Sabungan di Silalahi Nabolak, yaitu tanah peninggalan yang diberi nama sesuai dengan penamaan marga-marga keturunan Raja Silahi Sabungan.Kemudian para keturunan ini, saat ini membuat Tugu Makam Raja Silahi Sabungan (Tumaras) sebagai lambang dan pengharagaan kepada nenek moyang mereka di Silalahi Nabolak. Dan setiap tahunnya, para keturunan ini mengadakan pesta besar (bah.tapanuli=Bolon) atau Luhutan Bolon untuk menghormati leluhur mereka. Sementara ini, secara bergantian para marga-marga keturunannya secara bergantian sebagai pelaksana perhelatan (Luhutan Bolon) tersebut.
Silahi Sabungan adalah seorang yang sakti. Ia sering mengembara dan mengadu kekuatan ilmu kesaktian sampai ke Simalungun, Samosir dan Karo. Sebagai upah kesaktiaanya mengobati seorang putri raja marga Manurung di Sibisa , Samosir, kemudian ia menikahi putri tersebut. Kemudian dari putri tersebut melahirkan seorang putra lagi dan diberi nama Tambun Raja.
Keturunan raja Silahi Sabungan.
Raja Silahi Sabungan kemudian membawa Tambun Raja ke Huta Lahi. Kemudian untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, maka Raja Silahi Sabungan kemudian mengumpulkan semua keturunannya dan membuat suatu ikatan janji yang dikenal dengan "Poda sagu-sagu marlangan". Intinya, diantara semua keturunan (anak laki-laki) Silahi Sabungan dari kedua isterinya memiliki hak yang sama dan harus saling hormat-menghormati, rukun dan guyub saling menghargai.
Meski kemudian Tambun Raja kembali ke kampung ibunya di Sibisa (samosir) dan tinggal disana bersama Pamannya, namun kesemuanya keturunan itu sampai sekarang masih rukun dan berpegang teguh kepada ikatan "Poda sagu-sagu marlangan" yang diikrarkan oleh para nenek moyang dahulu kala.
Adapaun marga keturunan Silahi Sabungan menurut urutannya sekarang ini adalah :
1. Sihaloho
2. Situngkir,Sipangkar,Sipayung
3. Rumasondi,Rumasingap,Sinurat,Doloksaribu,Nadapdap,Naiborhu
4. Sinabutar
5. Sidabariba
6. Sidebang,Sinabang
7. Pintu Batu, Sigiro
8. Tambunan, Tambun
Keturunan Raja Silahi Sabungan yang merantau ke Tanah Karo dengan memakai marga Sembiring Sunulaki (Silalahi), Sembiring Keloko (Sihaloho),Sembiring Sinupangkar (Sipangkar), Sembiring Sinupayung (Sipayung) dan Depari (Rumasondi). Di Madailing, keturunan Tambunan memakai marga Daulay.
Marga Silalahi
Adapun marga Silalahi merupakan marga persamaan yang sampai saat ini banyak pula digunakan sebagai marga dibelakang nama keturunannya. Namun yang jelas, setiap mereka yang memakai marga Silalahi umumnya mengetahui rumpun asal-muasal marga mereka yang selalu mengacu kepada marga-marga induk diatas.
Awal penamaan marga Silalahi, ketika salah satu cucu Raja Silahi Sabungan, yaitu putera dari Rumasondi ditangkap dan diculik oleh Tuan Sihubil, yaitu putera Sibagot Ni Pohan dari Balige. Tuan Sihubil belum mempunyai keturunan pada saat itu. Tuan Sihubil kemudian mengangkat anak yang diculiknya ( anak dari Rumasondi, cucu dari Raja Silahi Sabungan ) sebagai anak angkat dan memberinya nama Raja Parmahan ( karena ia diculik saat menggembala ) dan diberi marga Silalahi untuk mengingatkan bahwa ia berasal dari Silalahi Nabolak.
Kisah ini pula sebagai cikal baka keberadaan marga Silalahi dari Balige sebagai keturunan Raja Silahi Sabungan dari rumpun Rumasondi.
Singkat cerita, setelah Tuan Sihubil mengangkat Raja Parmahan Silalahi sebagai anak kemudian Tuan Sihubil lalu memiliki keturunan dan memrinya marga Tampu Bolon.
Raja Parmahan Silalahi dan Tampu Bolon kemudian diikatkan suatu perjanjian oleh Tuan Sihubil sebagai adik-kakak sampai keturunan mereka dan tidak boleh saling kawin-mengawini. Umumnya keturunan Silalahi di Balige sampai saat ini masih memakai marga Silalahi.
Sampai saat ini , meski yang memiliki ikatan langsung perjanjian adalah marga Silalahi dari Balige dengan marga Tampubolon, namun para keturunan Raja Silahi Sabungan lainnya menghargai ikatan ini, meski untuk saat ini antara marga Tampubolon dan keturunan Raja Silahi Sabungan lainnya ( kecuali marga Silalahi Rumasondi) sudah banyak saling kawin-mengawini.
Sejak revolusi Sosial si Simalungun (1946) yang mengharuskan marga-marga dari tapanuli berafiliasi dengan marga lokal Simalungun, dipedalaman Simalungun banyak marga keturunan Silahi Sabungan seperti Sihaloho, Sidebang, Situngkir, Sipayung, Sinurat, kemudian berafiliasi dengan marga Sinaga di Simalungun. Artinya Sinaga sama dengan Sipayung. Sipayung itu sama dengan Silalahi dan seterusnya. Bahkan di Simalungun masih sering kita dengan istilah marga Sipayung Silalahi.
Tidak ada masalah dengan pemakain marga Silalahi. Sejak jaman dahulu kala marga Silalahi sudah dimulai dari Balige oleh keturunan Rumasondi. Belakangan ada rumor gencar mengenai keberadaan merga Silalahi dari Pangururan sebagai keturunan Silahi Sabungan dengan Parna, tentu kita dapar mencerna dari nurani kita masing-masing. Keturunan Silahi Sabungan memiliki tanah moyang di Silalahi Nabolak, karena hanya dari sanalah kemudian keturunan Raja Silahi Sabungan beranak pinak dan kemudian menyebar ke seluruh penjuru Indonesia dan dunia.
Jangan terpecah belah keturunan Silalahi Sabungan
Sesuai sumpah "Poda Sagu-sagu Marlangan" untuk senatiasa hidup rukun, setiap keturunannya harus menjaga persatuan dan kesatuan keturunan Raja Silahi Sabungan. Keturunan Raja Silahi Sabungan adalah keturunan yang mulai bertumbuh kembang di tanah leluhur yang diwariskan Raja Silahi Sabungan kepada keturunannya di Silalahi Nabolak, Pakpak Dairi. Sehingga mereka yang telah memakai marga Silalahi sejak nenek buyut-buyit tetap mengtahui bahwa mereka bersal dari rumpun yang bersal dari Silalahi Nabolak.
Apakah ada Raja Silahi Sabungan yang lain di Samosir sana ? Jika kemudian ada yang mengaku marga Silalahi, namun menyatakan bahwa mereka adalah marga Silalahi yang sah , itu hanya provokasi dan jelas-jelas tidak menghormati leluhurnya sendiri.
Keturunan Raja Silahi Sabungan adalah yang mengakui dan menghormati petuah dan sumpah "Poda sagu-sagu marlangan" di Silalahi Nabolak ( bukan di tempat lain).
No comments:
Post a Comment