Siapa yang tidak kenal Orang Batak? Orang yang dikenal keras dan pedas dalam berkata-kata, namun pantang menyerah dalam memperjuangkan kebenaran. Kita tidak bisa pungkiri bahwa Orang Batak atau seseorang yang bersuku Batak sudah tersebar keseluruh pelosok negeri Indonesia bahkan hingga keluar negeri. Padahal asal muasal Orang Batak adalah Sumatera Utara. Di Sumatera Utara, orang Suku Batak terbagi atas beberapa suku yaitu Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing. Semua suku tersebut memiliki kesamaan yaitu adanya marga. Marga ini adalah nama belakang keluarga. Kesamaan marga akan membuat secara naluriah adanya ikatan kekerabatan. Dengan adanya ikatan kekerabatan tersebut maka tak jarang kita temui organisasi/kelompok masyarakat yang didasari atas kesamaan marga.
Dampak Negatif dan Positif
Kesamaan marga ini menjadi ikatan yang lebih erat didalam kehidupan bermasyarakat. Tentu orang yang bermarga sama lebih disayangi atau dihormati dibandingkan dengan marga lainnya walaupun sesama Orang Batak. Kekuatan marga ini juga membawa Orang Batak mudah dikenal komunitasnya. Seseorang memiliki marga, tentu kemungkinan besar dia adalah Orang Batak. Dengan begitu, kemanapun Orang Batak pergi pasti akan dikenal sebagai Orang Batak-jika dia masih menyertakan marga diakhir namanya.
Akhir-akhir ini kehidupan bangsa Indonesia kerap dihiasi tindak tanduk Orang Batak. Ironisnya, banyak diantaranya adalah perbuatan yang tidak menyenangkan. Sebut saja seperti Gayus HP Tambunan (tersangka kasus penggelapan pajak), Miranda S Gultom (tersangka kasus suap cek pelawat), Cirus Sinaga (tersangka mafia hukum), dan Mindo Rosalina Manulang (tersangka kasus suap wisma atlet SEA Games). Nama-nama tersebut merupakan Orang Batak. Efek dari kekuatan ikatan marga tersebut seperti ibarat pribahasa yang mengatakan satu orang makan cempedak, semua kena getahnya. Hal inilah yang sangat terasa dikalangan Orang Batak. Lihat saja saat ini, karena ulah penggelapan pajak yang dilakukan Gayus HP Tambunan, semua Orang Batak yang bermarga Tambunan kena dampak negatifnya. Negatifnya yaitu semua orang bermarga Tambunan dicap seperti berkarakter Gayus (penipu). Bahkan, ketika dilakukan perkenalan sehari-hari, malah marga Tambunan lebih dikenal dengan nama Gayus. Demikian juga marga Sinaga atau marga Manulang. Hal ini menjadi aib yang membuka lebar rusaknya citra Batak dihadapan publik yang beragam. Akibatnya, bisa jadi saat ini banyak orang yang bermarga Tambunan, Sinaga, Manulang yang tidak mau lagi memakai marga tersebut. Jika ini terjadi, maka nilai kebanggaan sebagai Orang Batak akan terkikis, lambat laun Suku Batak punah sejalan dengan semakin hilangnya marga-marga Batak tersebut.
Selain hal di atas, kekuatan marga ini juga memberikan dampak yang positif. Lihat saja bagaimana marga Simatupang bangga karena T.B Simatupang yaitu Letnan Jenderal yang ikut mempertahankan kemerdekaan RI. Selain itu, masih ada banyak lagi orang-orang Batak yang pantas untuk dibanggakan misalnya Amir Sjarifoeddin Harahap (Perdana menteri awal berdirinya Indonesia), Abdul Haris Nasution (Pahlawan nasional Indonesia), Burhanuddin Harahap (Perdana menteri Indonesia), Sitor Situmorang (Wartawan, sastrawan, dan penyair Indonesia), TB Silalahi (Anggota Dewan Pertimbangan Presiden bidang Hankam hingga sekarang), Sudi Silalahi (Menteri Sekretaris Negara dalam Kabinet Indonesia Bersatu II hingga sekarang). Tentu nama-nama besar tersebut membawa kebanggaan tersendiri bagi Orang Batak yang satu marganya. Dengan nama-nama besar Silalahi di atas, membuat Orang Batak bermarga Silalahi merasa bangga bermarga Silalahi. Itulah bagaimana marga sangat berperan besar dalam kehidupan Orang Batak.
Penjaga Marga
Melihat posisi marga yang bisa menjadi kebanggaan atau aib, mengharuskan kita sebagai Orang Batak menjadi penjaga marga. Hal ini tentu terutama pada orang-orang Batak yang memegang peranan penting dalam kehidupan berbangsa atau bermasyarakat. Penjaga marga maksudnya orang-orang tersebut perlu menjaga sikapnya dalam berbuat dan merasa bahwa kejelekan dirinya tidak semata hanya untuk dirinya melainkan berdampak pada ratusan bahkan ribuan Orang Batak lainnya. Dengan berlaku baik dan benar dihadapan hukum maka nama besar marga Batak tidak tercemar. Dengan begitu, paling tidak kita tidak merusak kebesaran marga tersebut. Butuh bertahun-tahun untuk menjaga nama baik marga Batak akan tetapi hanya butuh sekejap untuk merusaknya kembali.
Jika tidak sanggup untuk menjadi penjaga marga, maka lebih baik marga yang melekat tersebut tidak terlalu diekspos. Nama tidak perlu dicantumkan dengan marga. Hal ini memang sangat menyakitkan, namun lebih baik jika kita tahu bahwa ada banyak aib yang telah kita perbuat. Dengan begitu, media pun tidak terlalu mengekspos marga tersebut dan dampaknya tidak terkena kepada Orang Batak lainnya. Dan untuk sebaliknya, jika kita menjadi kebanggaan masyarakat hendaknya kita cantumkan marga yang kita miliki sehingga kita juga membuat bangga orang-orang yang satu marga dengan kita. Biarlah kita saling membanggakan tidak menjatuhkan kebesaran suku yang kita anut.
Aib memang akan tetap ada namun bukan berarti harus ditanggung oleh banyak orang.
Tahun-tahun ini, Orang Batak telah dikenal banyak kejelekannya melalui beberapa orang yang tersangkut masalah dan dipublikasikan media secara nasional. Hal ini membuat peranan Orang Batak diwaspadai. Kita tidak inginkan ini. Orang Batak adalah orang yang sangat menjunjung tinggi tingkah laku yang sopan, santun, dan menghormati orang lain. Orang Batak juga adalah orang yang rela mati demi kebenaran dan menajiskan perbuatan yang tidak baik. Maka, mari kita bersihkan pencemaran nama Orang Batak dengan berkarya dan melakukan hal-hal yang benar dimata masyarakat dan hukum. Dimanapun Orang Batak telah dikenal dan diterima, itu perlu dijaga agar kelak tidak ada daerah yang memboikot kehadiran Orang Batak karena Orang Batak dipandang negatif.***
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment