Rumah adat Batak dan Sigalegale

Rumah adat Batak dirangcang dengan filosofi yang unik. Bentuk atap menunjukkan sikap menyembah (marsomba) sedangkan pintu kecil yang terdapat di rumah adat dimaksudkan supaya siapapun yang datang berkunjung haruslah terlebih dahulu memberi hormat kepada yang punya rumah. Sampai sekarang rumah adat ini masih didiami oleh keturunan raja Sidabutar yang kalau jaman sekarang diposisikan sebagai pemangku adat.

Raja Sidabutar merupakan pemimpin yang berkuasa di wilayah Tomok dan sekitarnya. Pada saat terjadi perang pergilah anak dari raja Sidbutar untuk berperang. Akan tetapi anak terebut mati. Mendengar hal tersebut Raja Sidabutar menjadi stress dan gila, karena anak tersebut merupakan anak semata wayang.

Berbagai keahlian dari dukun sudah dikerahkan akan tetapi tidak membuahkan hasil bagi kesembuhan sang Raja. Maka dibuatlah patung yang menyerupai anak raja ini dan dimintalah para dukun untuk memanggil roh anak tersebut sehingga patung tersebut dapat menari-nari. Patung inilah yang kemudian di sebut Sigalegale.

Hal ini terus berulang kali dilakukan setiap penyakit raja Sidabutar kembali kambuh. Keberadaaan patung tersebut kini sudah tidak diketahui lagi, dan saat ini yang masih ada di halaman rumah adat adalah patung yang digerakkan oleh kendali teknologi seperti halnya wayang. Pengunjung dapat melihat patung tersebut menari-nari dengan memberikan sumbangan sukarela sebesar 60 ribu rupiah.


No comments:

Post a Comment